Guru Teladan
Sudah jam 7.15 . Saya berangkat dengan tergesa-gesa. Perjalanan dari rumah ke sekolahan biasanya 20 menit. Seperti biasa jadwal sekolah kalau hari sabtu masuknya jam 7.30. Saya memacu ‘mbak Vega’ dengan cepat biar tidak telat sampai di sekolah, biar ada persiapan untuk ngajar anak2.
Begitu sampai di sekolah, saya terkejut. Ternyata anak2 diliburkan dan tidak ada satupun siswa yang masuk. Bahkan gerbang pun tidak dibuka.
Saya merasa ‘mangkel’. “Bener2 ga professional ini sekolahan. Ekstra diliburkan kok gurunya tidak diberi tahu”. Lalu saya ambil HP dan saya telpon Kepala Sekolah. Saya ingin klarifikasi. Berkali-kali saya telpon jawabannya selalu saja mailbox. Dengan perasaan campur aduk, akhirnya saya putuskan untuk pulang saja.
Sebelum pulang saya mampir ke rumah kakak saya yang kebetulan dekat dengan sekolah tempat saya mengajar. Lalu saya menceritakan kejadian tadi kepada kakak saya. Setelah mendengar cerita saya, kakak saya malah tertawa. Saya bertanya kenapa dia tertawa. Dia menjawab “Sekarang kan tanggal merah”
Saya merasa ‘mangkel’. “Bener2 ga professional ini sekolahan. Ekstra diliburkan kok gurunya tidak diberi tahu”. Lalu saya ambil HP dan saya telpon Kepala Sekolah. Saya ingin klarifikasi. Berkali-kali saya telpon jawabannya selalu saja mailbox. Dengan perasaan campur aduk, akhirnya saya putuskan untuk pulang saja.
Sebelum pulang saya mampir ke rumah kakak saya yang kebetulan dekat dengan sekolah tempat saya mengajar. Lalu saya menceritakan kejadian tadi kepada kakak saya. Setelah mendengar cerita saya, kakak saya malah tertawa. Saya bertanya kenapa dia tertawa. Dia menjawab “Sekarang kan tanggal merah”
No comments: